Profil Desa Gondangrejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Gondangrejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Gondangrejo

Tentang Kami

Profil Desa Gondangrejo, Kecamatan Windusari, Magelang. Mengulas model ekonomi agrarisnya yang tangguh, yang bertumpu pada kekuatan diversifikasi komoditas (tembakau, kopi, dan hortikultura) di lereng subur Gunung Sumbing.

  • Model Pertanian Diversifikasi

    Kekuatan ekonomi utama desa terletak pada model pertaniannya yang sangat beragam, tidak bergantung pada satu komoditas tunggal, melainkan pada harmoni antara tembakau, kopi, dan aneka ragam hortikultura sebagai strategi ketahanan.

  • Komunitas Agraris yang Besar dan Produktif

    Sebagai salah satu desa dengan wilayah dan jumlah penduduk yang besar di kecamatannya, Gondangrejo berfungsi sebagai pusat produksi agraris yang signifikan di lereng Gunung Sumbing.

  • Filosofi Kemakmuran dari Alam

    Nama "Gondangrejo" (kawasan pohon Gondang yang makmur) mencerminkan sejarah panjang dan cita-cita luhur desa untuk meraih kesejahteraan melalui pengelolaan sumber daya alamnya yang subur.

XM Broker

Di hamparan luas lereng timur Gunung Sumbing, Desa Gondangrejo menampilkan sebuah orkestrasi agraris yang harmonis dan dinamis. Sesuai dengan namanya yang menyiratkan harapan akan kemakmuran ("Rejo"), desa ini telah menjelma menjadi salah satu lumbung pertanian terpenting di Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Kekuatan Gondangrejo tidak terletak pada satu komoditas tunggal, melainkan pada kemampuannya memainkan simfoni beragam tanaman bernilai tinggi—dari tembakau, kopi, hingga aneka sayuran—yang tumbuh subur di tanah vulkanik. Desa ini merupakan cerminan dari sebuah komunitas agraris yang matang, yang meraih kesejahteraan melalui strategi diversifikasi dan kerja keras kolektif.

Jejak Nama, Harapan Kemakmuran

Nama "Gondangrejo" diyakini berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: "Gondang," yang merujuk pada sejenis pohon (Ficus variegata) yang dahulu mungkin banyak tumbuh di wilayah ini dan "Rejo," yang berarti makmur, ramai, atau sejahtera. Secara harfiah, nama ini dapat diartikan sebagai "kawasan pohon Gondang yang makmur". Meskipun pohon Gondang mungkin tidak lagi mendominasi lanskap, spirit "Rejo" terus hidup dan menjadi cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakatnya. Jika dahulu kemakmuran mungkin diasosiasikan dengan sumber daya alam hayati tertentu, kini kemakmuran itu diwujudkan melalui kelihaian mengolah tanah untuk menumbuhkan beragam tanaman yang menopang kehidupan mereka.

Geografi Luas di Punggung Sumbing

Desa Gondangrejo merupakan salah satu desa dengan wilayah terluas di Kecamatan Windusari, dengan total luas mencapai 4,21 kilometer persegi (421 hektare). Lokasinya yang berada di lereng Gunung Sumbing memberikannya topografi yang miring dan bergelombang, sebuah medan yang telah berhasil ditaklukkan oleh para petani melalui sistem pertanian terasering yang efisien. Luasnya wilayah membuat desa ini memiliki rentang ketinggian yang bervariasi, memungkinkan budidaya jenis tanaman yang berbeda di zona-zona ketinggian yang berbeda pula.Secara administratif, Desa Gondangrejo berbatasan dengan desa-desa tetangga yang juga merupakan bagian dari sabuk pertanian lereng Sumbing, menciptakan sebuah kawasan agropolitan yang saling mendukung. Batas-batasnya meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngemplak, di sebelah timur dengan Desa Kembangkuning, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjungsari, dan di sebelah barat berbatasan dengan kawasan hutan gunung.

Demografi dan Spirit Kolektif Masyarakat Agraris

Sebagai desa yang luas, Gondangrejo juga memiliki populasi yang besar. Data BPS tahun 2025 menunjukkan jumlah penduduk desa ini mencapai 5.150 jiwa. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 1.223 jiwa per kilometer persegi. Populasi yang besar ini merupakan modal sumber daya manusia yang vital bagi sektor pertanian yang padat karya.Masyarakat Gondangrejo ialah komunitas yang hidup dari dan untuk tanah. Spirit kolektif menjadi kunci keberhasilan mereka. Pertanian di lahan miring memerlukan kerja sama yang erat, baik dalam pengelolaan sumber daya air, pengendalian hama, maupun saat masa panen tiba. Semangat gotong royong dan solidaritas sosial yang tinggi menjadi perekat yang menjaga keharmonisan dan produktivitas komunal di desa ini.

Orkestra Ekonomi: Kekuatan dari Diversifikasi Komoditas

Perekonomian Desa Gondangrejo dapat diibaratkan sebagai sebuah orkestra, di mana setiap kelompok komoditas memainkan perannya untuk menciptakan harmoni ekonomi yang stabil dan tangguh.Instrumen Utama (Tembakau): Seperti halnya alat musik utama dalam sebuah orkestra yang memberikan kekuatan dan klimaks, tembakau menjadi instrumen ekonomi utama yang menghasilkan pendapatan tunai terbesar secara musiman. Kualitas tembakau dari lereng Sumbing, termasuk Gondangrejo, sangat diakui dan memiliki harga jual yang tinggi, menjadikannya tumpuan utama untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan besar keluarga petani.Melodi Pendukung (Kopi): Kopi, terutama jenis Robusta, memainkan melodi yang semakin penting dalam perekonomian desa. Budidayanya tidak seintensif tembakau, namun popularitasnya yang terus menanjak menjadikannya sumber pendapatan alternatif yang sangat menjanjikan. Banyak petani menanam kopi sebagai investasi jangka menengah.Ritme Konstan (Hortikultura): Aneka sayur-mayur ialah ritme konstan yang menjaga denyut nadi ekonomi desa tetap berjalan sepanjang tahun. Komoditas seperti kubis, kentang, wortel, cabai, dan bawang-bawangan memberikan pendapatan harian, mingguan, atau bulanan. Sektor hortikultura inilah yang menjadi jaring pengaman ekonomi, memastikan selalu ada arus kas yang masuk ke rumah tangga petani di luar musim panen tembakau.

Peran Pemerintah Desa dan Resiliensi Kelembagaan Petani

Mengelola "orkestra agraris" yang kompleks ini memerlukan "konduktor" yang andal. Dalam hal ini, peran tersebut diemban bersama oleh Pemerintah Desa dan kelembagaan petani. Pemerintah Desa Gondangrejo, melalui pemanfaatan Dana Desa, berfokus pada penyediaan "panggung" yang layak, yaitu infrastruktur dasar. Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani, penguatan tebing-tebing rawan longsor, serta optimalisasi jaringan irigasi menjadi prioritas utama.Sementara itu, Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bertindak sebagai "pemimpin seksi" di lapangan. Mereka mengoordinasikan para petani, menyebarkan informasi teknis, menjadi penyambung lidah dengan penyuluh pertanian, dan seringkali menjadi garda terdepan dalam menghadapi berbagai tantangan, mulai dari serangan hama hingga fluktuasi harga pasar.

Menghadapi Dinamika Alam dan Pasar

Sebagai desa agraris di lereng gunung, tantangan ialah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Perubahan iklim yang tidak menentu, ancaman erupsi gunung, risiko gagal panen, dan ketidakpastian harga di pasar merupakan dinamika yang harus dihadapi setiap musim. Namun strategi diversifikasi komoditas yang telah dijalankan selama bertahun-tahun menjadi resep resiliensi yang paling ampuh. Ketika satu komoditas mengalami masalah, komoditas lain diharapkan dapat menopangnya, sehingga risiko kerugian total dapat diminimalkan.

Infrastruktur: Jalur Kehidupan Penghubung Lereng dan Pasar

Bagi sebuah desa agraris sebesar Gondangrejo, infrastruktur jalan ialah segalanya. Jalan yang memadai bukan hanya soal kenyamanan, tetapi soal kelangsungan hidup ekonomi. Jalan menjadi satu-satunya jalur untuk mengangkut pupuk ke ladang dan mengalirkan hasil panen ke pasar. Tanpa akses jalan yang baik, hasil bumi berkualitas tinggi dari lereng Sumbing tidak akan memiliki nilai ekonomi yang optimal. Selain jalan, ketersediaan listrik dan akses telekomunikasi juga terus ditingkatkan untuk mendukung proses pascapanen dan membuka gerbang informasi pasar bagi para petani.

Denyut Kehidupan Sosial di Desa yang Subur

Kehidupan sosial di Gondangrejo sangat hidup dan komunal. Populasi yang besar menciptakan dinamika sosial yang kaya. Kegiatan keagamaan, tradisi lokal, dan perayaan hari besar selalu diselenggarakan dengan meriah dan melibatkan partisipasi seluruh warga. Masjid dan musala tersebar di setiap dusun, berfungsi sebagai pusat ibadah sekaligus pusat interaksi sosial. Di tengah kesibukan mengolah tanah, masyarakat selalu menyempatkan waktu untuk menjaga silaturahmi, menunjukkan bahwa bagi mereka, kemakmuran ("Rejo") bukan hanya soal materi, tetapi juga soal keharmonisan sosial.

Penutup

Kisah Desa Gondangrejo mengajarkan bahwa di dalam dunia pertanian yang penuh ketidakpastian, diversifikasi ialah kunci kebijaksanaan dan ketahanan. Desa ini tidak bertaruh pada satu kartu, melainkan memainkan berbagai kartu dengan sama baiknya. Dengan merawat tanahnya, memperkuat organisasinya, dan memegang teguh semangat kerja sama, masyarakat Gondangrejo terus berusaha mewujudkan cita-cita yang terpatri dalam nama desa mereka. Mereka membuktikan bahwa kemakmuran sejati di lereng Sumbing dapat diraih bukan dari satu sumber tunggal, melainkan dari harmoni berbagai potensi yang dianugerahkan alam.